Sabtu, 09-02-2008 | 01:09:37 | |
Langit di kota Banjarmasin kian disesaki frekuensi stasiun televisi. Kini, sejumlah televisi swasta lokal telah mengudara. Orientasi bisnis atau mengangkat kearifan lokal? Melintas di Jalan Pramuka tembus ke Jalan Veteran Banjarmasin bakal disuguhi enam tiang tower. Letaknya saling berdekatan. Menara-menara itu adalah pemancar stasiun televisi swasta. Dua di antaranya adalah pemancar televisi lokal. Dua yang lokal itu milik Duta TV yang berada di bawah bendera PT Duta Televisi Indonesia dan PT Borneo Television yang mengiklankan diri dengan TVB. Pun di Jalan Gatot Soebroto. Di antara sederet menara pemancar stasiun TV nasional, mencuat pemancar milik PT Banjar Elektronika Sarana Televisi dengan Banjar TV-nya. Siapa aktor di balik TV-TV lokal itu? Mereka adalah para pengusaha Banua. Owner Banjar TV adalah Dristie Prajnavirya Adistana. Sedang Duta TV yang awalnya didanai HM Ramlan, kini muncul sosok Rudy Tansil dan Sukendi Johan yang ikut mengelola. Sedangkan TVB didanai oleh Solai Limantara dan Hilman Zakir. Ketiga stasiun televisi lokal ini memang belum memperoleh izin tetap dari Menteri Komunikasi dan Informasi. Namun, mereka sudah mendapat rekomendasi dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalsel sehingga berhak mengudara sebagai percobaan siaran pemancar. Banjar TV dan Duta TV sudah 'berani' unjuk gigi. Sedang TVB masih ancang-ancang untuk siaran. Meski belum mengudara, mereka menasbihkan diri membidik segmentasi sebagai TV news (televisi berita). Direktur Utama TVB, Ahmad Rosyadi beralasan, berita lokal yang mengutamakan unsur kedekatan bisa menarik minat warga Kalsel untuk menonton. "Selama ini banyak informasi di Kalsel yang tidak ter-cover oleh televisi nasional. Informasi tidak terpatok peristiwa, tetapi bisa kuliner, budaya atau tempat-tempat menarik. Ini yang akan kita angkat melalui TVB," ujarnya kepada BPost, Jumat (8/2). Station Manager Banjar TV, Kamarul Hidayat, tak mau kalah. Dia menegaskan mereka hadir untuk memberi alternatif tontonan. "Dengan jargon TV-nya Urang Banjar akan mengangkat kultur budaya daerah seperti madihin dan lainnya serta aspek-aspek yang mendukung perekonomian masyarakat Kalsel," ujarnya. Ramlan pun mengatakan stasiun televisinya komitmen menggalakkan seni budaya masyarakat Kalsel. "Di stasiun televisi nasional seperti itu kurang mendapat sorotan. Kalau pun ada porsinya kecil. Kita juga akan mengangkat hasil-hasil pembangunan Kalsel baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan keagamaan," tuturnya. Seorang warga, Adi mengaku senang dengan kehadiran mereka. Namun, ia berharap stasiun televisi itu tidak menjadi duplikat dari televisi nasional. Lebih mengedepankan kepentingan publik, bukan bisnis semata. "Harapan kami TV lokal mampu lebih arif dalam tayangannya dan lebih mendidik. Jangan sampai rating menjadi alasan sehingga tayangan tidak lagi memperhatikan kultur orang Banjar yang agamis," tukasnya. Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalsel, Samsul Rani mengatakan, munculnya TV lokal merupakan hal positif bagi penyampaian beragam informasi. "Bagi KPID sendiri, hadirnya TV lokal menjadi tantangan untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat. Sebab selama ini pengawasan hanya pada radio dan meneruskan laporan warga yang protes dengan tayangan TV nasional," tukasnya. Kebangkitan para pengusaha lokal ini merupakan suatu fenomena menarik. Mengingat, Banjarmasin bukanlah kota sebesar Bandung, Surabaya atau Jakarta. Apalagi investasi di pertelevisian tidaklah murah. Tidak lagi ratusan juta tetapi mencapai angka miliaran. Ambil contoh Duta TV. Menurut Ramlan, investasi yang ditanamnya sudah melebihi Rp 4 miliar. "Kira-kira perlu dana Rp 5 miliar lagi," ujarnya. (ais) |
www.tribun-timur.com
Harian Tribun Timur, Makassar (Sulawesi Selatan, Indonesia)
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
No comments:
Post a Comment