TV Lokal vs TV Nasional
http://onlysenja.ngeblog.net/2007/09/19/tv-lokal-vs-tv-nasional/
September 19, 2007 at 05:36 AM by senja
Entah mengapa, kantor saya didesain sedikit kedap suara dari bisingnya dunia luar. Alhasil deru motor dan mobil serta hujan, bahkan adzan tidak bisa terdengar. Kendati bisa melihat luruhnya matahari sore hari lewat kaca ruangan, namun tetap saja mendatangkan keraguan akankah sudah waktunya berbuka puasa..
Salah satu alternatifnya, kadang saya ngecek magrib via temen-teman yang ada di list YM. Atau yang paling mungkin adalah nyetel tv lokal Semarang untuk mengikuti beduk magrib
kegiatan nonton tv lokal Semarang inilah yang lantas menjadi aktifitas rutin saya (kami). Menjelang dan sesudah magrib, acara tv lokal itu kerap diisi dengan program-program features, misalnya buka puasa bersama di masjid Kauman, atau menelusuri masjid-masjid unik di Semarang dan Jateng. Ada juga acara serupa wisata kuliner, dan semacamnya
Jujur sebelumnya saya jarang nonton tv Semarang. Kalau dah nyampe kantor, biasanya nonton Liga Indonesia (kalau pas jam dan harinya), atau liat berita di metro TV
Jujur sebelumnya saya jarang nonton tv Semarang. Kalau dah nyampe kantor, biasanya nonton Liga Indonesia (kalau pas jam dan harinya), atau liat berita di metro TV
Dalam ilmu jurnalistik, ada istilah yang bernama proximity atau kedekatan. Jika dihubungkan dengan konteks berita (konsep berita ini berkembang seiring jaman dan jenis media massa-nya. Kedekatan diartikan sebagai sebuah hal atau peristiwa yang dekat dengan pembaca atau penontonnya akan lebih berharga atau menarik ketimbang peristiwa yang tidak punya kedekatan psikologis dengan penikmat program atau berita. Misal, kecelakaan di Palembang tentu dipandang sebagai berita yang menarik dan penting bagi penduduk Palembang ketimbang masyarakat Papua. Sebuah peristiwa yang besar, seperti tsunami di Aceh memang akan menjadi perhatian nasional, namun nilai kedekatannya tentu lebih mengena dengan masyarakat Sumatramisalnya ketimbang orang Madura. Dan banyak lagi contoh lainnya. Proximity kemudian berkembang menjadi rasa lokalitas yang kemudian menjadi sajian atau kekuatan utama media-media lokal. Untuk media cetak misalnya, isu-isu yang diangkat koran asli daerah itu seperti Suara Merdeka (Semarang) atau Pikiran Rakyat (Bandung) pasti lebih ke arah hal-hal yang ber-implikasi langsung dengan daerahnya. Akan sulit diterima jika headline Suara Merdeka melulu isu internasional padahal di Semarang sedang geger pembangunan jalan tol Semarang-Solo (misalnya). Suara Merdeka pasti akan lebih memilih mengangkat isu jalan tol (jika setelah dipilah pada hari itu, isu yang terpenting adalah jalan tol) dibandingkan dengan kecelakaan pesawat di India yang menelan ratusan korban jiwa.
Di media cetak, kekuatan "rasa" lokal menjadi koran daerah makin diminati dan lantas kedudukannya susah digeser oleh koran nasional. Ide ini kemudian diterjemahkan ke dalam sebuah kebijakan untuk membuat sisipan atau edisi daerah dalam setiap koran nasional. Misal, Kompas dan Sindo nasional ada sisipan untuk Jateng-DIY dan Jawa Pos dengan Radar-Radarnya. Grup-grup media besar membuat gurita media di semua daerah di Indonesia. Ini adalah selain kepentingan bisnisusaha untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat lokal
.
Nah, strategi ini ditiru oleh TV
Sayangnya, hingga kini langkah itu tidak sesukses media cetak.
Saya pribadi, ternyata setelah sering berbuka dengan pedoman bedug TV lokal Semarang, juga ternyata merasa kurang nyaman dengan sajian TV lokal. Padahal dari aspek kedekatan, apa yang mereka angkat seharusnya sangat akrab dengan keseharian orang Semarang.
Sayangnya, hingga kini langkah itu tidak sesukses media cetak.
Saya pribadi, ternyata setelah sering berbuka dengan pedoman bedug TV lokal Semarang, juga ternyata merasa kurang nyaman dengan sajian TV lokal. Padahal dari aspek kedekatan, apa yang mereka angkat seharusnya sangat akrab dengan keseharian orang Semarang.
Sebagai orang awam, saya merasa, ada gambar dan suasana yang tidak bisa ditampilkan oleh TV lokal. Baik dari segi yang paling minimal, seperti grafis, musik iringan, gaya hingga ke hal-hal yang substansi seperti ide cerita dan alur
Oke, masalah pendapatan iklan memang kerap menjadi batu sandungan bagi mereka untuk tampil lebih indah dan tak kalah menarik dari pada tv swasta/nasional. Lantas apa ini tidak bisa dikoreksi. Pasti bisa. Nah sebenarnya kenapa ya programnya tidak semengkilap tv swasta???
Sudah 2 hari ini saya memikirkannya, dan ada beberapa kesimpulan yang saya anggap cukup mewakili kegusaran saya
Oke, masalah pendapatan iklan memang kerap menjadi batu sandungan bagi mereka untuk tampil lebih indah dan tak kalah menarik dari pada tv swasta/nasional. Lantas apa ini tidak bisa dikoreksi. Pasti bisa. Nah sebenarnya kenapa ya programnya tidak semengkilap tv swasta???
Sudah 2 hari ini saya memikirkannya, dan ada beberapa kesimpulan yang saya anggap cukup mewakili kegusaran saya
Sebenarnya menekan bugdet anggaran bukan hanya milik TV lokal, TV nasional dan swasta pun melakukan hal yang sama. Buktinya, banyak program in-house dari pada memakai hasil olahan production house luar. Nah, salah satu TV swasta yang kerap punya produksi/program in-house sukses dan kemudian lantas di tiru oleh TV lainnya adalah Trans TV. Stasiun inilah yang paling kaya dengan acara-acara features yang kemudian menjadi image TV. Sebut saja, Wisata Kuliner yang kini dijiplak terang-terangan oleh TV lainnya. Lalu ada Jelang Siang, acara yang menggabungkan kisah humanis, plus info sehari-hari. Gula-Gula, acara memasaksesuai dengan namanya yakni makanan full manis dengan latar belakang pemandangan asri tempat wisata. Lalu ada Koper dan Ransel, yang menampilkan tempat wisata sekaligus, akomodasinya. Koper adalah perjalanan wisata dengan fasilitas lux, sedangkan ransel diibaratkan sebagai perjalanan untuk turis yang hanya punya duit pas-pas-an. Ada pula acara Griya Unik, dan Good Morning. Semua acara ini idenya 90 persen original. Oke kita dapat 1 poin kesimpulan, yakni orisinilitas alias lain dari pada yang lain. TV lokal di Surabaya sudah ada yang berhasil, yakni JTV dengan program Pojok Kampung. Adalah acara berita yang disampaikan dengan bahasa Jawa khas Suroboyoan. Penyiarnya cakep-cakep, tapi tetap ngomong dengan bahasa khas ibukota Jatim yang terkenal cukup kasar dan kurang sopan. Misalnya, "Enek kecelakaan awan mau. Korbane matek langsung soale keplindes tur keseret truk nganti 500 meter
." hehehehe, lucu ya. Tapi konon acara ini cukup mencuri hati pemirsa setia JTV. Di Bandung, beberapa program yang mengangkat tema tentang tim Persib juga mulai menyaingi program TV swasta. Sekali lagi, originalitas dan lokalitas ternyata menjadi senjata ampuh untuk bersaing dengan TV nasional.
Lalu, cara pengambilan gambar dengan shoot-shoot yang close up dan berani. Membuat mata jadi nyaman. Lokasi atau tempat liputan boleh saja sangat biasa namun angle gambar cukup membantu untuk menampilkan hal yang biasa menjadi tampak lebih indah. Lalu narasi yang singkat, dan santai. Tak perlu banyak cakap karena penonton sudah bisa melihatnya melalui gambar. Ini yang terkadang sering dilupakan acara-acara di TV lokal. Misalnya acara menikmati sate padang di salah satu sudut kota Semarang. Host-nya kebanyakan ngomong. Sehingga justru inti dari rasa dan keunikan makanan di acara itu tidak tampak. Untuk acara yang dilakukan di dalam studio dekorasi ruangan, lighting, dan busana host seharusnya bisa diperbaiki. Tak perlu menggunakan kemewahan. Bisa saja sederhana dan simple namun tetap menarik, cocok dan enggak asal-asalan. Untuk bisa tampil oke memang perlu SDM yang mumpuni. Dan itu bisa ditingkatkan, belajar dan terus belajar serta peka menangkap aspek-aspek lokalitas masyarakat sekitar
Nah, itu tuh..analisa saya sebagai orang awam alias jeritan konsumen TV lokal Semarang
..wakakakakaka
23 Comments »
www.tribun-timur.com
Harian Tribun Timur, Makassar (Sulawesi Selatan, Indonesia)
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
Tak moco sik yo, Nduk
Dari hasil obrolan dengan teman2 mereka saya menangkap kalau banyak juga TV lokal yang tidak bermasalah dengan iklan (beberapa yang ketemu dengan saya dari Batam TV, Bandung TV, Jogja TV, MQ, dan lupa ).
Lalu yang jadi pertanyaan adalah kenapa ada beberapa TV lokal lain yang mengalami kendala dalam hal iklan? Karena network yang sempit kah? Atau ada masalah lain?
VOTE!!! VOTE !!!
Polisi njlentrekke, awan mau enek wong tuwek mbambung matek kecemplung sumur
Lumayan buat belajar bahasa Jawa lokal. :p
Eh, sekalian lapor, Nduk:
Di Adzan Maghrib salah satu tipi Surabaya ada iklan r*yc* penyedap masakan dan teh celup 54riw4ngi.
Gimana tuh?
@Mitra W: Telenopela apa yang di dubbing boso jowo? Astaga! Ada?"